Sobat Principal, apakah kamu familiar dengan istilah force majeure? Secara harfiah, force majeure adalah keadaan yang terjadi di luar kekuasaan seseorang, istilah ini berasal dari bahasa Prancis dan memiliki arti sebagai ‘kekuatan yang lebih besar.’ Dalam perkembangannya, force majeure sering digunakan dalam surat perjanjian untuk merujuk keadaan salah satu pihak yang tidak bisa memenuhi kewajibannya dikarenakan kejadian di luar kuasa. Seperti bencana alam, musibah, pandemi dan lain sebagainya sesuai dengan konteks perjanjian yang dibuat.
Dalam personal financial juga ada force majeure-nya lho. Keadaan di mana harus melakukan pengeluaran tanpa bisa diprediksi jumlah dan waktunya. Apa saja sih kondisi keuangan yang tidak terduga? Dan bagaimana cara untuk menyiasati agar ketika force majeure keuangan terjadi, kita tidak harus menguras tabungan atau berhutang?
Musibah
Tentu tidak ada yang menginginkan salah satu anggota keluarga atau diri kita sendiri jatuh sakit atau kecelakaan. Namun kita tidak bisa menolak atau mengelak ketika musibah terjadi. Bersikap over confident di area ini dapat menjadi bumerang bagi kondisi finansial kita.
Jadi meskipun Sobat Financial merasa sudah menjalani gaya hidup sehat dan berhati-hati dalam segala situasi, jangan sampai merasa bahwa musibah tidak akan terjadi pada diri kita dan keluarga, ya.
Pengurangan gaji/PHK
Pandemi yang membuat seluruh dunia tiarap dari berbagai aspek termasuk ekonomi membuat tahun 2020-2021 sebagai tahun yang buruk bagi banyak orang. Tidak sedikit yang mengalami pemotongan gaji maupun PHK tanpa buffer time yang ideal. Tidak sedikit pula yang kehilangan usaha dan bisnisnya di tengah pandemi.
Yang tidak mengalami pengurangan gaji atau PHK-pun, tetap harus membuat pengeluaran ekstra untuk mendukung work from home dan sekolah daring. Kita sekaligus dipaksa beradaptasi dalam waktu yang singkat dengan pola kerja WFH yang bagi sebagian orang tidak pernah dilakukan sebelumnya.
Kendaraan/Gadget rusak
Pandemi meningkatkan resiko overuse gadget dan kerusakan kendaraan lho. Kondisi di mana kita tidak bisa ke kantor dan menggunakan fasilitas yang tersedia di sana, secara otomatis kita jadi mengandalkan gadget sendiri untuk bekerja di rumah. Laptop dan smartphone harus berada dalam kondisi prima agar kerja bisa dilakukan secara efektif dan efisien. Tidak heran jika usia gadget menjadi lebih pendek dan membutuhkan pengeluaran ekstra untuk perbaikan atau penggantian baru.
Ruang gerak kita yang terbatas dan perubahan pola kerja menjadi WFH membuat kendaraan mangkrak di dalam garasi selama berhari-hari. Ditambah jika kita tidak sempat untuk memanaskan kendaraan setiap hari, membuat resiko kerusakan semakin meningkat.
Perbaikan rumah
Saat memiliki rumah, pos pengeluaran tidak terduga turut bertambah. Atap yang bocor, renovasi yang bersifat darurat, perbaikan dan maintenance membutuhkan dana yang tidak sedikit. Selain itu, kerusakan-kerusakan pada bangunan rumah seringkali sulit diprediksi apalagi jika rumah yang dimiliki adalah lungsuran dari orang tua atau membeli rumah jadi.
Dari keempat kondisi force majeure keuangan di atas, semuanya bersifat tidak terduga dan dapat terjadi sewaktu-waktu namun masih bisa ditanggulangi dengan persiapan yang baik melalui perencanaan keuangan. Apa saja sih yang bisa kita lakukan untuk expecting the unexpected?
Dana Darurat
Mengapa dana darurat sangat penting dalam perencanaan keuangan? Hal ini untuk mengantisipasi ketika kita membutuhkan dana besar secara mendadak, sehingga tidak perlu kebingungan mencari dana. Kita juga bisa menghindari hutang atau menggadaikan barang. Dana tabungan dan investasi juga tidak perlu dicairkan untuk memenuhi kebutuhan darurat.
Namun seberapa besarkah anggaran dana darurat yang perlu dikumpulkan? Jangan sampai karena cemas berlebihan Sobat Principal jadi over budgeting dan mengorbankan pengeluaran esensial. Kita bisa menggunakan Eisenhower Matrix, skala yang membantumu menentukan prioritas. Skala ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu penting dan mendesak, penting tidak mendesak, tidak penting mendesak, dan tidak penting serta tidak mendesak.
Setelah membuat daftar prioritas, kita bisa melanjutkan penganggaran dana sesuai kemungkinan-kemungkinan setiap kejadian tidak terduga di atas. Dalam kondisi normal, jika status kita belum menikah, maka dana darurat yang harus dimiliki berkisar 3 hingga 6 kali pengeluaran bulanan. Sedangkan untuk yang sudah berkeluarga, minimal 6 hingga 12 kali pengeluaran bulanan. Kita bisa memasukkan prorata anggaran kejadian tidak terduga ke dalam perhitungan ini.
Kita bisa mempercepat pengumpulan dana darurat dengan banyak cara, seperti menambah sumber pendapatan, melakukan review anggaran dan memangkas pengeluaran hingga mengumpulkan dana darurat sambil berinvestasi. Sobat Principal bisa mencontek tips mengumpulkan dana darurat sambil berinvestasi di reksa dana Syariah salah satunya. Cek artikelnya di sini ya.
Asuransi
Mulai lirik asuransi sebagai jaring pengaman untuk keadaan finansial tidak terduga kita. Asuransi dapat menjadi bentuk pemindahan risiko untuk kita dan barang-barang yang kita. Seperti asuransi jiwa, asuransi kesehatan dan asuransi kendaraan. Ada banyak jasa penyedia asuransi yang bisa disesuaikan dengan tingkat resiko dan kebutuhan Sobat Principal. Pilih produk asuransi yang benar-benar dibutuhkan agar tidak overspent untuk pembayaran asuransi ya.
Namun tetap prioritaskan pengumpulan dana darurat meski sudah memiliki asuransi untuk menutup hal-hal yang tidak tertanggung dalam premi atau yang bersifat mendadak dan butuh perhatian cepat tanpa bisa menunggu proses klaim asuransi.
Kondisi darurat memang tidak bisa diprediksi. Tapi, dengan perencanaan keuangan yang matang untuk menanganinya, Sobat Principal pasti bisa menghadapinya dengan baik.