berkorban-demi-naik-haji

Dalam tiap pembahasan soal Iduladha,  sudah pasti terminologi pengorbanan akan selalu menyertai. Bukan tanpa alasan kenapa semangat berkorban ini menempel erat di hari raya yang satu ini, Iduladha kerap disebut idul qurban oleh masyarakat Indonesia, karena di hari itu, ada prosesi penyembelihan dan pembagian hewan qurban dari mereka yang mampu untuk saudara-saudara yang membutuhkan. Nah, semangat berkorban inilah yang akhirnya diserap dan dijadikan pedoman umat Muslim di seluruh dunia.

Bicara soal pengorbanan, tentunya bukan melulu tentang hewan ternak ya. Dalam konteks yang lebih luas, kita bisa memaknai pentingnya pengorbanan Iduladha ke dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mengorbankan gaya hidup untuk bisa menabung demi mengejar mimpi dan cita-cita atau mengorbankan waktu demi bisa belajar banyak hal yang penting untuk masa depan. Termasuk berkorban untuk bisa berangkat ke tanah suci!

Iya, selain sering disebut idul qurban, Iduladha juga punya nama lain, yakni lebaran haji. Karena pelaksanaannya selalu berbarengan dengan prosesi ibadah haji di Masjidil Haram. 

Lalu, apa hubungannya pengorbanan dengan naik haji?


Sobat Principal pasti tahu dong, bunyi Rukun Islam ke-5: “naik haji bila mampu” tapi sadar kah kalian, “mampu” di sini bukan hanya berarti saat kita sudah mampu tapi justru sebuah encouragement untuk bisa memampukan diri untuk berangkat ke tanah suci. 

Kepala Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Anggito Abimanyu menyatakan, biaya haji pada tahun 2021 ini diperkirakan mencapai Rp 44,3 juta atau naik sekitar Rp9juta dari tahun sebelumnya. Bukan angka yang kecil memang, tapi jika Sobat Principal konsisten mengumpulkan dananya, berangkat haji pun bisa dilakukan. Dan di sinilah makna berkorban yang sesungguhnya akan terasa!

Saat kamu berkorban untuk nggak jajan kopi di coffee shop favorit setiap hari dan memilih untuk membawa kopi sendiri dari rumah, yang tentunya lebih hemat. Bayangkan berapa yang bisa kamu simpan dalam sebulan,  jika sehari kamu ngopi Rp20ribu? 

Atau saat kamu berkorban berhenti berlangganan channel film atau layanan streaming musik hanya demi bisa ikutan teleparty sama teman-teman? Ok, mungkin tidak perlu berhenti berlangganan full, tapi kamu selalu bisa memilih untuk patungan sama mereka agar biayanya tidak terlalu berat. Jika tiap bulan kamu bisa berhemat dan menyimpan Rp50ribu, dalam setahun kamu sudah punya Rp600ribu dari hasil mengurangi langganan streaming channel favorit. 

Atau mungkin ketika kamu berkorban untuk mengurangi jajan dan memasak sendiri menu sehatmu setiap hari. Jika biasanya kamu bisa mengeluarkan Rp30ribu/hari untuk jajan, coba hitung berapa yang bisa kamu hemat di akhir bulan!
Jika dihitung-hitung kamu sudah berhemat sekitar Rp400ribu tiap bulan hanya dengan sedikit mengorbankan gaya hidup. Bayangkan berapa yang bisa dikumpulkan jika kamu mengurangi pengeluaran non essential lainnya?

Mungkin di awal, pengorbanan ini akan terasa berat, makanya Sobat Principal harus terlebih dahulu memiliki tujuan keuangan agar semua hal jadi lebih beralasan dan punya tujuan. Niatkan pengorbanan ini untuk mengumpulkan dana haji karena ingin berangkat ke tanah suci di usia muda, niscaya kamu akan lebih semangat lagi berkorban!

Setelah dapat dana lebihan, Sobat Principal bisa memilih untuk menyimpan dananya di tabungan konvensional atau diinvestasikan. Kalau Principal boleh kasih saran, lebih baik dananya diinvestasikan deh, karena kamu bisa mendapat hasil yang lebih menguntungkan dalam waktu relatif lebih cepat dibanding tabungan konvensional. Ada banyak pilihan investasi berbasis syariah yang bisa kamu pilih untuk mengatur dana hajimu, cari yang paling sesuai denganmu ya! Coba cek di sini untuk tahu, instrumen investasi apa yang bisa kamu pilih.