Mengenal LSP, Metode Mengatur Keuangan a la Millenial!

Sobat Principal, pernahkah kamu menerima atau mendengar komentar “Belanja terus, kapan punya simpanan yang cukup?,” atas pilihan kamu dalam mengeluarkan uang atas nama self reward? Atau pernahkah kamu merasa sangat bersalah karena telah membeli tas bermerek yang sudah lama kamu idam-idamkan karena merasa itu merupakan pemborosan? 

Hal ini adalah pertanda sebagian besar dari kita masih menganggap bahwa jalan menuju financial stability adalah dengan menghapus pos pengeluaran yang bersifat hiburan. Sehingga demi mencapai tujuan finansial jangka panjang, kita harus “menderita” dan tidak memperhatikan kesenangan pribadi di masa sekarang. Gaya hidup yang menekan pengeluaran konsumtif dan memaksimalkan tabungan seperti ini disebut frugal living.

Dikutip dari sportofmoney.com, gaya hidup frugal yang ekstrim dapat memicu stres dan tidak bisa dilakukan secara berkelanjutan. Dalam aplikasi lebih ekstrim lagi, seseorang bisa membahayakan kesehatannya jika secara terus-menerus mengabaikan kebutuhan gizi dan hiburan atas nama berhemat.

Di tengah semakin berkembangnya dunia industri digital, generasi millennial merupakan generasi transisi yang mengalami perubahan pola kerja dalam rangka catch up dengan perkembangan ini. Lingkungan pekerjaan yang sudah terkomputerisasi, komunikasi kerja yang lebih aktif dan mengedepankan soft skill hingga tuntutan untuk menjadi internet savvy agar tidak ketinggalan dengan kemajuan industri digital.

Disadari atau tidak, perubahan ini membawa dampak dalam meningkatkan tekanan dan ekspektasi hasil kinerja.Tidak heran jika menurut survey HSE (Health and Safety Executive) menyebutkan jika jumlah pekerja yang mengalami stress akibat tekanan pekerjaan mencapai 44% di tahun 2019.

Sekarang Sobat Principal coba bayangkan deh, jika sebelum pandemi saja angka stres pekerja sudah mencapai 44%, apalagi saat pandemi seperti saat ini. Faktor tekanan pekerjaan bertambah dengan ketidakpastian pekerjaan, load kerja yang fluktuatif sampai dengan kekhawatiran atas jaminan kesehatan, menambah daftar overthinking setiap malam sebelum kita pergi tidur.

Karenanya, apakah masih relevan menggunakan prinsip Earn + Save + Invest = Wealth dengan melupakan pos penting bagi kesehatan jiwa kita yaitu playing di era sekarang? Bagaimana caranya tetap memiliki dana untuk bersenang-senang dan memanjakan diri tanpa membahayakan keseluruhan finansial di masa depan? Apakah mungkin bisa memiliki dana darurat dan tabungan sambil tetap berencana liburan ke luar negeri? Saatnya berkenalan dengan metode pengelolaan keuangan LSP atau singkatan dari Living - Saving - Playing. 

Secara sederhana, metode ini membagi pos keuangan menjadi tiga bagian, yaitu living atau kebutuhan hidup (termasuk di dalamnya cicilan dan hutang selain sandang, pangan, papan), saving berupa tabungan dan investasi, serta playing, sebuah pos khusus untuk kesenangan pribadi, termasuk mimpi liburan Sobat Principal bisa disiapkan dengan pos ini lho.

Dilansir dari website financial planner Prita Hapsari Ghozie, kita bisa membagi penghasilan bulanan dengan rasio 50% untuk pos living, 30% untuk pos saving, dan 20% untuk pos playing. Sehingga dengan asumsi pendapatan 10 juta, kita masih bisa punya biaya “bermain” sebesar 2 juta rupiah lho. Pengelolaan keuangan sederhana seperti ini bisa membantu mengontrol pengeluaran agar tetap terjaga dalam porsinya masing-masing. Nggak ada lagi deh momen kebingungan di akhir bulan karena tidak bisa tracing sudah menghabiskan berapa banyak untuk check out printilan lucu dari e-commerce!

Langkah selanjutnya setelah memahami rasio pos keuangan dengan metode LSP adalah pencatatan keuangan. Membuat pembukuan untuk pos living dan playing karena 30% pos saving sudah otomatis tidak boleh bergerak. Mulai dari membiasakan diri membuat mental note sebelum melakukan pembelian atau pembayaran bulanan, lalu mencatatnya dalam neraca kredit-debit sederhana.

Pencatatan keuangan menjadi bagian penting dalam pengelolaan keuangan sebab ini akan mempermudah Sobat Principal dalam melakukan review keuangan secara berkala. Selain itu pencatatan keuangan juga berfungsi sebagai kontrol untuk pengeluaran tidak terduga (jangan lupa sisihkan anggaran Dana Darurat dari pos Saving Sobat Principal ya!)

Tidak hanya memperkenalkan metode LSP, Prita juga mempunyai trik khusus untuk mempermudah flow keuangan. Ia menyarankan setiap orang untuk memiliki 3 rekening digital yang dapat memudahkan untuk melakukan pengelolaan keuangan bulanan.

-    Rekening tabungan yang memiliki ATM dan kartu debit: digunakan untuk kebutuhan biaya harian. Pembayaran berbagai tagihan sebaiknya dilakukan dengan sistem transfer dari rekening tabungan operasional ini.
-    Dompet elektronik: digunakan untuk pengeluaran kecil dan jajan.
-    Rekening untuk menampung dana investasi sebelum dibagi untuk dana darurat dan investasi.

Dengan tidak bercampurnya ketiga pos LSP ke dalam satu rekening utama, kita akan lebih mudah membuat catatan mental terkait ruang yang tersedia di masing-masing pos. Metode LSP juga mempermudah kita untuk belajar memiliki tabungan darurat dan tabungan investasi untuk mimpi-mimpi jangka panjang.

Jika selama ini Sobat Principal sering merasa kesulitan menjaga konsistensi untuk mengelola keuangan bulanan, tidak ada salahnya mulai menerapkan metode LSP ini untuk kenyamanan hidup dan membantu mencapai goals finansial yang Sobat Principal inginkan.

Jadi, siapa bilang hidup seimbang dan nyaman harus mengorbankan kesehatan finansial di masa depan?