Kenali False Alarm untuk Kondisi Darurat!

Ketika pandemi mendadak bertamu hampir dua tahun yang lalu, banyak orang yang harus rela kehilangan mata pencaharian utama mereka, kena PHK atau bisnisnya terkena dampak pandemi dan lockdown. Saat itulah, makin banyak orang yang sadar tentang pentingnya dana darurat. Dana simpanan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian, saat sedang tidak punya pemasukan. 

Belajar dari pengalaman, Principal ingin mengingatkan Sobat Principal semua untuk mulai mengumpulkan dana darurat. Agar kelak, tetap punya pegangan walau ada hal-hal darurat yang membuat kita kehilangan pemasukan. Sesuai namanya, dana darurat adalah sejumlah uang yang bersifat hard cash atau easy to access untuk menanggulangi kondisi darurat. Dalam anggaran keuangan, dana darurat menjadi prioritas pertama untuk pos tabungan. Jika sudah terkumpul, anggaran yang disisihkan dapat dikurangi atau dihilangkan dan Sobat Principal bisa fokus ke tabungan umum dan investasi.

Kondisi dana darurat yang berfungsi sebagai safety net ini bisa membuat seseorang merasa tidak perlu menjadikannya prioritas karena situasi finansial dan gaya hidup dirasa tidak bermasalah. Atau, menunda-nunda pengumpulan dana darurat karena risk assessment yang salah. Yang terakhir, dana darurat yang telah terkumpul justru digunakan untuk keperluan non darurat karena mindset Daripada tidak terpakai atau Nanti bisa dikumpulkan lagi.

Kesalahan dalam mindset tentang menabung dana darurat lainnya adalah menganggap proses menabung sebagai beban. Sehingga setiap kali ingin menyisihkan uang untuk tabungan dana darurat, rasanya berat sekali hingga berujung penundaan. Perlu diingat bahwa uang tabungan nantinya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhanmu sendiri pada masa depan.

Sobat Principal, kali ini kita akan membahas apa yang menyebabkan dana darurat kita tidak terkumpul. Tentunya agar hal ini bisa dihindari dan dana darurat dapat terpenuhi sesuai jangka waktu yang diinginkan. Berikut lima kesalahan dalam mengumpulkan dana darurat:

Tidak melakukan perencanaan keuangan
Tanpa perencanaan keuangan, akan sulit melakukan gambaran kondisi finansial. Akibatnya kita bisa terjebak pada gaya hidup yang overspending atau membelanjakan uang melebihi melebihi penghasilan. 

Ditambah dengan mudahnya akses terhadap kartu kredit, membuat overspending tidak terlihat akibatnya di masa sekarang. Karenanya perencanaan keuangan sangat penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan kepastian atas kondisi finansial di masa mendatang.

Mulai pisahkan pendapatan bulanan ke pos-pos sederhana, Sobat Principal bisa mengikuti rumus sederhana Living Saving Playing alias LSP 50:30:20 lho dan membagi pos saving untuk dana darurat, tabungan umum dan investasi. Setelah itu, buat target jumlah dana darurat yang dibutuhkan dan tentukan jumlah yang harus disisihkan setiap bulannya.

Belum bisa memisahkan keinginan vs kebutuhan
Dana darurat yang sudah mengendap sering dilihat sebagai hard cash yang bisa memenuhi keinginan seketika. Ditambah jika dana darurat belum pernah terpakai sebelumnya. Mindset kita jadi terbentuk bahwa dana tersebut “menganggur” dan bisa digunakan untuk kebutuhan saat ini.

Karenanya penting untuk memilah antara keinginan dan kebutuhan. Untuk penggunaan dana darurat, harus dipisahkan kembali antara kebutuhan rutin/terjadwal dan kebutuhan mendesak/mendadak. Belajar mengendalikan sifat impulsif menjadi kunci utama untuk menjaga agar dana darurat bisa terkumpul dan terjaga sesuai fungsinya.

Memiliki hutang yang tidak proporsional
Masalah lain dalam penganggaran dana darurat adalah tidak tersedianya cukup dana dari pendapatan bulanan. Sehingga saat dikurangi anggaran pengeluaran, jumlah yang tersisa tidak cukup memadai untuk dibagi ke dalam pos dana darurat dan tabungan --lebih lebih investasi.

Jika kondisi ini belum terjadi, segera lakukan financial assessment untuk mengetahui sumber kebocoran keuangan Sobat Principal. Lihat kembali secara menyeluruh hutang-hutang yang dimiliki (termasuk subscription yang ada di kartu kredit) dan jadikan mental note untuk tidak menambah lagi dan mengusahakan untuk melunasinya dengan segera. 

Jika ternyata sudah terlanjur terjadi, maka diperlukan financial assessment mendalam untuk mengatur ulang pos pengeluaran yang bisa ditekan untuk membantu melunasi hutang yang tidak proporsional. Secara umum, jumlah hutang proporsional yang masih dianggap “sehat” adalah sebesar 30 persen, namun sangat dianjurkan untuk mengubah pandangan bahwa melakukan pinjaman adalah last resort, bukan pilihan utama.

Setelah melakukan pemangkasan pos pengeluaran, Sobat Principal juga dapat mulai mencari pendapatan tambahan untuk menyeimbangkan kembali neraca keuangan kamu.

Tidak disiplin
Selain dari sifat impulsif dalam trend spending, faktor lain dari dana darurat yang tidak kunjung terkumpul adalah ketidakdisiplinan dalam pengelolaan keuangan. Dimulai dari hal sederhana seperti membiasakan membuat pencatatan keuangan setiap bulan dapat menjadi exercise yang baik untuk menumbuhkan kedisiplinan dalam menyisihkan uang untuk pos dana darurat.

Lakukan review keuangan setiap bulan dan cek apakah target tabungan bulanan sudah terpenuhi sebelum melakukan pengeluaran di luar anggaran.

Tidak adanya tujuan jangka panjang
Dana darurat Sobat Principal ingin digunakan untuk apa? Jika sudah terkumpul, apakah akan terus di-top up atau dialihkan untuk investasi dengan risiko rendah? Apa saja hal-hal darurat yang mungkin terjadi di dalam kehidupan kamu?

Pertanyaan-pertanyaan ini perlu disiapkan sebelum mengumpulkan dana darurat. Dengan target dan penggunaan yang jelas, akan mempermudah Sobat Prinsipal untuk melakukan proyeksi keuangan dan pemanfaatan dana nantinya. Termasuk jangka waktu dalam mengumpulkan dana darurat.

Sebagai tambahan, ada baiknya untuk mulai mempertimbangan investasi sebagai salah satu cara mengumpulkan dana darurat. Saat ini sudah terdapat berbagai produk investasi yang bisa disesuaikan dengan kondisi finansial dan gaya hidup Sobat Principal. Mulai dari yang konvensional hingga syariah untuk mewujudkan financial stability. Instrumennya bisa berbentuk reksa dana, tabungan emas hingga obligasi dan saham.

Nah, sudah siapkah Sobat Principal untuk mulai mengumpulkan dana darurat dari sekarang?