Berinvestasi selayaknya sudah menjadi salah satu kebutuhan. Investasi penting kita lakukan sebagai langkah mengantisipasi berbagai kebutuhan keuangan di masa depan. Melalui investasi, kita bisa mengimbangi laju penurunan nilai uang akibat tekanan inflasi atau kenaikan harga dalam jangka panjang. Nah, sudahkah kamu memulai investasi saat ini?
Animo berinvestasi di kalangan generasi milenial di Indonesia memang terus bertumbuh. Indikatornya adalah jumlah investor ritel yang semakin banyak. Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), jumlah investor pasar modal di Indonesia sepanjang tahun 2019 telah tumbuh 53% menjadi 2,48 juta investor. Pada akhir Juni 2020, jumlahnya bertambah lagi menjadi 2,9 juta investor. Dari angka itu, sebanyak 45,74% merupakan investor milenial berusia di bawah 30 tahun dengan total aset investasi Rp11,67 triliun. Reksa dana menjadi pilihan instrumen investasi favorit dengan jumlah investor terbanyak yaitu mencapai 2,1 juta investor.
Investasi Reksa Dana Syariah, Mulai Dari Mana?
Reksa dana atau mutual fund banyak dipilih oleh para pemula di dunia investasi pasar modal. Salah satu penyebabnya adalah karena reksa dana memungkinkan investor ritel memulai investasi dengan modal terjangkau. Berdasarkan pengamatan pasar, modal awal investasi di reksa dana syariah di berbagai platform investasi bisa dimulai dari harga Rp100.000. Dana yang diinvestasikan di sebuah produk reksa dana dikelola oleh manajemen investasi profesional sehingga dari sisi risiko bisa lebih terkelola.
Nah, bagi kamu yang tertarik memulai investasi reksa dana namun menginginkan investasi yang bebas riba, kamu tidak perlu khawatir. Kamu bisa memilih investasi di instrumen syariah. Seiring perkembangan pasar modal syariah, pilihan instrumen investasi syariah kini makin berkembang. "Bila sudah syariah, maka aktivitas investasi di dalamnya itu sudah sesuai dengan prinsip syariah. Jadi, 100% halal," jelas Iggi Achsien, Anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
Salah satu produk investasi syariah yang bisa kamu lirik adalah reksa dana syariah. Sesuai namanya, reksa dana syariah adalah instrumen reksa dana yang dikelola sesuai prinsip syariah di mana dana investor diinvestasikan hanya di aset dasar (underlying asset) berupa efek syariah. Manajemen investasi yang mengelola reksa dana syariah juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah yang ditetapkan oleh DSN-MUI.
Untuk memulai investasi reksa dana syariah, kamu bisa mengikuti checklist berikut ini:
1. Tentukan Tujuan Keuangan
Tujuan keuangan adalah langkah pertama yang penting sebelum memulai investasi apapun. Tujuan keuangan layaknya kompas yang membantu kamu menentukan strategi investasi terbaik supaya target investasi bisa tercapai. Beberapa tujuan keuangan yang lazim dimiliki oleh investor muda antara lain, persiapan dana pernikahan, kebutuhan dana pembelian rumah pertama, persiapan dana umrah, dana liburan, dan lain sebagainya.
Berdasarkan jangka waktu atau target waktu pemakaian dana (time horizon), tujuan keuangan terbagi menjadi tujuan keuangan jangka pendek (di bawah 3 tahun), tujuan keuangan jangka menengah (3-7 tahun) dan tujuan keuangan jangka panjang (di atas 7 tahun).
Menentukan tujuan keuangan ini penting utuk membantu kamu menentukan instrumen investasi yang paling tepat sesuai profil risiko. Pasalnya, semakin panjang target waktu pemakaian dana, maka risiko investasi bisa lebih diminimalisir sehingga kamu bisa menggunakan instrumen investasi yang peluang pertumbuhannya tinggi dalam jangka panjang. Sebaliknya, bila target pemakaian dana adalah 3 tahun lagi, maka pilihlah investasi di reksa dana yang risikonya rendah.
2. Tetapkan Target Dana Hasil Investasi
Setelah menentukan tujuan keuangan, selanjutnya adalah menentukan target dana yang ingin kamu kumpulkan melalui langkah berinvestasi. Penyebutan target angka yang spesifik akan membantu kamu memperhitungkan apakah strategi investasi yang akan dipilih masuk akal atau tidak.
Selain itu, dengan mengetahui target dana hasil investasi, kamu juga bisa memperhitungkan berapa dana yang perlu kamu investasikan setiap periode supaya tujuan keuangan bisa tercapai.
3. Ketahui Profil Risiko sebagai Investor
Profil risiko menunjukkan kecenderungan profil dan karakter kamu ketika berinvestasi atau mengelola keuangan. Bila berinvestasi diibaratkan seperti hendak berlayar di lautan, profil risiko bisa memperlihatkan apakah kamu termasuk penumpang yang mudah panik ketika terjadi ombak sehingga enggan berlayar ke tengah laut. Atau, kamu termasuk tipe penumpang yang bisa menikmati gelombang bahkan badai di lautan tanpa kecemasan berlebih.
Kamu perlu mengetahui profil risiko kamu sebagai investor supaya bisa mengukur apa instrumen investasi yang sesuai untuk membantu tujuan keuangan sekaligus tetap nyaman kamu jalani dengan berbagai risiko yang mungkin terjadi. Bagaimana cara mengetahui profil risiko sebagai investor? Perusahaan asset management biasanya sudah memiliki alat ukur berupa kuesioner yang bisa kamu isi ketika hendak berinvestasi.
Profil risiko investor secara umum dibagi menjadi tiga. Pertama, profil risiko konservatif yaitu investor yang memiliki toleransi paling rendah terhadap risiko fluktuasi pasar ataupun risiko kerugian investasi. Investor jenis ini tidak nyaman berinvestasi di produk yang fluktuasinya tinggi kendati memiliki potensi untung tinggi seperti saham. Sebaliknya, ia lebih menyukai penempatan dana di produk investasi dengan fluktuasi rendah seperti reksa dana pasar uang. Sebagai konsekuensi, investor konservatif harus cukup puas dengan peluang keuntungan yang lebih terbatas.
Kedua, profil risiko moderat. Kamu memiliki profil risiko moderat apabila memiliki toleransi menengah terhadap risiko berinvestasi. Investor moderat mau menerima risiko lebih tinggi dibanding investor konservatif dan berharap bisa mendapat hasil investasi lebih tinggi. Investor moderat nyaman berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana campuran berisi obligasi dan sedikit saham.
Ketiga, profil risiko agresif yang memiliki toleransi paling tinggi terhadap risiko. Investor agresif tidak keberatan mengalami fluktuasi nilai investasi yang tajam karena berkeyakinan langkah investasi akan memberikan untung sepadan. Instrumen yang menjadi pilihan investor agresif seperti reksa dana saham.
4. Alokasikan Penghasilan untuk Investasi
Langkah keempat adalah menentukan alokasi penghasilan yang bisa kamu investasikan secara rutin setiap bulan agar tujuan keuangan bisa tercapai. Berapa alokasi penghasilan yang idealnya kita sisihkan untuk keperluan investasi? Pada dasarnya, investasi bisa mulai kamu lakukan ketika tiga hal berikut ini sudah terpenuhi.
Pertama, kebutuhan hidup layak dan pemenuhan kewajiban seperti cicilan. Kedua, dana darurat ada minimal sebesar 30% dari nilai ideal. Ketiga, kamu sudah memiliki asuransi dasar seperti BPJS Kesehatan dan asuransi jiwa bagi pencari nafkah.
Setelah tiga hal itu aman, kamu bisa mulai mengalokasikan pendapatan untuk investasi. Alokasikan minimal sebesar 10% dari pendapatan rutin kamu untuk berinvestasi sesuai tujuan keuangan yang telah kamu tentukan.
5. Pilih Reksa Dana Paling Tepat
Reksa dana syariah apa yang paling sesuai dengan tujuan keuangan dan profil risiko kamu? Sebagai ilustrasi, contohnya kamu memiliki tujuan keuangan berupa persiapan dana menikah 3 tahin lagi dengan target dana Rp100 juta. Berdasarkan hasil tes profil risiko, kamu termasuk investor konservatif. Adapun alokasi pendapatan yang bisa kamu sisihkan per bulan untuk investasi adalah sekitar Rp3 juta
Dari data tersebut, maka yang perlu digarisbawahi sebagai berikut: target dana digunakan 3 tahun lagi sehingga termasuk tujuan keuangan jangka pendek. Maka itu, pilihan investasinya adalah reksa dana pasar uang syariah ataupun reksa dana pendapatan tetap syariah yang berpotensi tumbuh di atas laju inflasi. Mengutip data Bareksa, indeks reksa dana pasar uang syariah dalam 3 tahun mencapai 8,2%. Sedangkan indeks reksa dana pendapatan tetap syariah pada periode yang sama mencapai 9,7%. Dua produk itu sesuai juga dengan profil risiko kamu karena keduanya memiliki risiko relatif rendah.
Sebelum memilih reksa dana syariah yang tepat, pastikan kamu juga membaca terlebih dulu prospektus reksa dana, fund fact sheet yang memuat kinerja historis reksa dana tersebut. Ini biasanya bisa diakses di website perusahaan manajemen aset. Perhatikan juga beberapa hal seperti berapa nominal pembelian reksa dana pertama kali (initial subscription), berapa biaya pembelian reksa dana (subscription fee), biaya penjualan (redemption fee) juga biaya pengalihan (switching fee), dan biaya pengelolaan dana (management fee).
Nah, itulah 5 checklist penting yang perlu kamu lakukan ketika memulai investasi di reksa dana syariah. Mudah bukan, Sobat Principal?