Diterbitkan pada 28 Des 2020
Kamu pernah mendengar investasi syariah dan tertarik untuk menambahkannya ke dalam portofoliomu? Ketahuilah, investasi syariah tak hanya menawarkan return atau imbal hasil yang relatif stabil, tetapi juga merupakan cara yang tepat bagi kamu yang ingin berinvestasi dengan cara yang lebih bertanggung jawab secara sosial.
Tapi, bagaimana cara membangun portofolio syariah yang baik? Sebetulnya, tidak jauh berbeda dengan membangun investasi konvensional. Untuk itu, berikut ini panduan lengkap yang bisa kamu ikuti.
Apa Itu Portofolio Investasi?
Sebelum melangkah lebih jauh, kamu perlu memahami apa itu portofolio. Secara sederhana, portofolio merujuk pada sekumpulan investasi yang kamu miliki. Portofolio terdiri dari campuran kelas aset yang berbeda (ekuitas, obligasi, dana pasar uang, aset campuran, atau kelas aset lainnya).
Memiliki portofolio akan membantu kamu merencanakan tujuan finansialmu. Contohnya seperti membeli rumah pertamamu, untuk biaya pendidikan anak, menabung untuk jalan-jalan, persiapan pensiun, atau untuk menunaikan kegiatan keagamaan seperti umrah atau haji.
Apa Perbedaan antara Portofolio Syariah dan Konvensional?
Dalam portofolio syariah, instrumen investasi tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal. Seluruh investasi yang dilakukan harus sesuai dengan standar etika tertentu dan tidak boleh berkaitan dengan kegiatan yang dilarang dalam Islam atau memiliki dampak negatif pada masyarakat, seperti perjudian atau minuman keras. Sebaliknya, portofolio konvensional tidak memiliki batasan-batasan tersebut, karena hanya memprioritaskan pengembalian modal dan pertumbuhan pendapatan.
Apa Profil Risiko Kamu?
Sebelum mulai membangun portofolio, kamu harus mengetahui terlebih dahulu apa profil risikomu. Artinya, seberapa besar risiko yang mampu kamu terima saat berinvestasi?
Usia pensiun kamu juga turut menentukan profil risikomu lho. Jika masa pensiun kamu masih cukup lama, umumnya kamu masih bisa menerima tingkat risiko yang lebih tinggi, karena kamu masih cukup waktu untuk pulih dari volatilitas jangka pendek di pasar saham. Tapi, jika kamu pensiun sebentar lagi, kamu mungkin tidak bisa mengambil banyak risiko karena kamu harus mempersiapkan kebutuhan finansial untuk masa pensiun nanti.
Berikut pengelompokan profil risiko investor secara umum. Termasuk profil risiko yang mana kah kamu?
Konservatif: kamu ingin menjaga pokok investasimu. Asalkan pokok investasi kamu aman, kamu tak keberatan dengan potensi pengembalian yang rendah.
Cukup Konservatif: Kamu bersedia menerima pengembalian yang berpotensi lebih tinggi dari suku bunga deposito bank, selama pokok investasi kamu terpapar risiko yang minimal.
Moderat: Kamu siap mengambil risiko sedang untuk mendapatkan potensi pengembalian yang moderat.
Cukup Agresif: Kamu siap mengambil risiko lebih tinggi untuk mendapatkan potensi pengembalian yang tinggi.
Agresif: Kamu ingin mengoptimalkan investasi untuk hasil setinggi mungkin. Kamu bersedia mengambil risiko yang sangat tinggi untuk mendapatkan pengembalian yang berpotensi tinggi dalam jangka panjang.
Bagaimana Cara Membangun Portofolio Berdasarkan Profil Risikomu?
Langkah selanjutnya adalah mencari tahu campuran kelas aset apa yang ingin kamu miliki. Langkah ini disebut alokasi aset. Secara umum, terdapat tiga kelas aset utama:
- Pendapatan tetap. Kelas ini termasuk berinvestasi pada instrumen seperti obligasi dan sukuk yang memberikan pengembalian konsisten. Produk investasi ini memiliki risiko yang lebih rendah, sehingga memberikan potensi tingkat imbal hasil yang relatif lebih rendah daripada ekuitas atau saham.
- Ekuitas. Kelas ini mengacu pada saham. Ekuitas merepresentasikan sebagian kepemilikan di perusahaan tertentu. Ekuitas memiliki risiko yang lebih tinggi, namun dapat memberikan potensi imbal hasil yang lebih tinggi daripada investasi pada instrumen pendapatan tetap.
- Kas /lainnya. Kelas aset ini mengacu pada uang yang kamu pegang. Aset tunai mencakup uang yang kamu miliki di rekening bank, atau uang yang diinvestasikan dalam aset setara kas seperti Reksa Dana Pasar Uang. Kelas aset ini adalah yang memiliki risiko paling rendah.
Sekarang yang jadi pertanyaan adalah berapa porsi pendapatan tetap, ekuitas, uang tunai atau investasi lain yang harus kamu miliki dalam portofoliomu? Inilah gunanya profil risiko. Berdasarkan pada profil risikomu, kamu bisa mempertimbangkan contoh alokasi dalam ilustrasi berikut:
Alokasi aset sangatlah penting untuk dilakukan, karena dapat membantumu mengelola risiko melalui diversifikasi. Jika suatu ketika kinerja sebuah kelas aset dalam portofolio kamu sedang buruk, kelas aset lainnya diharapkan dapat menutup kerugian tersebut.
Perlu diingat, meskipun memiliki alokasi yang tepat itu penting dan dapat membantumu mengurangi beberapa risiko investasi, hal ini tidak memberikan jaminan keuntungan atau sepenuhnya melindungi kamu dari kerugian ya.
Bagaimana Cara Memilih Investasi yang Masuk ke Dalam Portofolio?
Selanjutnya, kamu perlu memutuskan investasi mana yang akan dimasukkan ke setiap kelas aset. Caranya bisa dengan memilih saham atau obligasi secara individual, atau cara yang lebih mudah lagi yaitu dengan berinvestasi di Reksa Dana. Reksa Dana ini akan menginvestasikan uang kamu ke dalam sekelompok ekuitas, pendapatan tetap, dan/atau investasi lain yang setara kas. Dengan demikian, kamu bisa langsung memperoleh manfaat diversifikasi investasi secara instan.
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.principal.co.id
Dapatkan panduan lengkap tentang serba-serbi ibadah haji langsung ke email kamu!