Diterbitkan pada 21 Agu 2020

Setiap Muslim pasti memiliki cita-cita untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah. Seperti yang kita ketahui, ibadah haji hukumnya wajib bagi Muslim yang mampu.

 

Cita-cita berhaji bukan sekadar terdorong karena keinginan untuk melakukan ibadah di depan Ka'bah secara langsung. Lebih dari itu, setiap Muslim yang berangkat haji berharap bisa meraih haji mabrur. Apa sebenarnya makna haji mabrur? Yuk, kita coba pahami bersama.

 

Definisi Haji Mabrur

Rasulullah SAW menjelaskan, Allah SWT telah menjanjikan balasan nyata bagi mereka yang mendapat Mabrur, yakni surga yang abadi: "Umrah ke umrah berikutnya merupakan pelebur dosa antara keduanya. Dan, tiada balasan bagi haji mabrur, melainkan surga" (HR Bukhari: 1683, Muslim: 1349).

Mabrur berasal dari bahasa Arab, yaitu "barra-yaburru-barran", yang artinya taat berbakti. Dalam kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, Mabrur berarti ibadah haji yang diterima pahalanya oleh Allah SWT.

Para alim ulama memiliki beberapa pendapat tentang makna mabrur. Beberapa ulama menilai Haji Mabrur adalah pahala yang diterima di sisi Allah. Imam Nawari dalam syarah Muslim menjelaskan, haji mabrur tidak tercampuri oleh kemaksiatan atau dosa karena imbalannya adalah surga Allah. Imam Nawari juga menjelaskan bahwa haji mabrur juga diartikan sebagai haji yang tidak dikotori oleh dosa, atau haji yang diterima Allah dan tidak ada kesombongan di dalamnya. Selain itu, haji mabrur dapat merujuk kepada kondisi tanpa dosa yang diambil dari akar kata al-birr, yang berarti kebaikan atau ketaatan.

Sementara menurut ulama ahli tafsir Alquran Profesor Quraish Shihab, definisi haji mabrur bukan sekadar sah perihal pelaksanaan ibadah haji. Namun, makna mabrur adalah ketika jamaah haji telah pulang dari Tanah Suci dan ia tetap menaati janji-janji yang telah ia buat sewaktu di Mekkah untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Itu sesuai dengan asal kata dasarnya yaitu barra yaburru.

Haji mabrur adalah haji yang maqbul atau diterima dan diberi balasan berupa al-birr yang berarti kebaikan atau pahala. Menurut Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa’i, salah satu bukti bahwa seseorang telah berhasil meraih haji mabrur adalah ketika ia kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya dan terus berusaha mengurangi perbuatan maksiat.

Bagaimana supaya kita bisa meraih haji mabrur? Pertama, luruskan niat beribadah. Tunaikan ibadah haji sebagai bentuk ketaatan terhadap perintah agama dan memenuhi Rukun Islam kelima. Dengan meluruskan niat, kamu dapat menjaga kemurnian tujuan berhaji. Jauhkan pikiran dari hasrat untuk menaikkan status sosial atau sekadar pamer kesalehan.

Kedua, memahami filosofi di balik rukun haji dan wajib haji. Selain itu, kuasai bacaan-bacaan doa dalam tahapan-tahapan ibadah haji. Ini bisa membantu kamu lebih khusyu' ketika beribadah kelak di Tanah Suci.

Ketiga, fokus pada hal yang substantif selama berhaji. Selama di Tanah Suci, fokuskan pikiran dan energi untuk melakukan rukun haji dan wajib haji secara khusyu'. Ada 6 rukun haji yaitu ihram (niat), wukuf di Arafah, thawaf ifadah, sa'i, bercukur (tahalul) dan tertib. Apabila tidak melaksanakan salah satunya, maka ibadah haji tak sah.

Selain itu ada juga 6 wajib haji yaitu ihram haji dari mīqāt, mabit di Muzdalifah, mabit di Mina, melontar jumrah, menghindari perbuatan yang terlarang dalam keadaan berihram, dan thawaf wada’ bagi yang akan meninggalkan Makkah. Di Tanah Suci kamu mungkin akan banyak menemui cobaan. Berusahalah untuk selalu tenang dan berkepala dingin agar bisa fokus pada yang hal utama, yaitu rukun dan wajib haji.

Dengan memahami makna haji mabrur dan meluruskan niat beribadah haji, kamu bisa lebih bersemangat mewujudkan cita-cita meraih haji mabrur. Agar persiapan keberangkatan haji semakin matang, yuk segera rencanakan ibadah haji selagi muda!

Dapatkan panduan lengkap tentang serba-serbi ibadah haji langsung ke email kamu!

Dapatkan informasi haji terkini langsung ke email kamu.