Kamu ngeh tidak sih, Sobat Principal? Gen Z di Indonesia ternyata sudah mendominasi populasi usia produktif dengan persentase mencapai 27,94 persen. Dilansir dari detik.com, jika dimanfaatkan secara efektif, bonus demografi ini pun akan membuat Indonesia menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-4 di tahun 2045. Wow!
Sayangnya, literasi keuangan di negara ini masih sangat kurang, sehingga dapat menghambat Indonesia menjadi negara dengan ekonomi 5 besar di dunia. Ditambah lagi, mentoring dan kesadaran akan masalah keuangan yang mungkin akan dihadapi oleh Gen Z masih sangat minim. Hal ini pun membuat mereka rentan terkena krisis akibat gaya hidup konsumtif dan pengelolaan keuangan yang salah.
Kondisi tersebut tentu saja menimbulkan kekhawatiran, karena dapat memengaruhi kondisi keuangan Gen Z di masa depan. Apa saja sebenarnya hal-hal yang bisa membuat keuangan Gen Z bermasalah dan bagaimana cara mengatasinya?
Selalu Merasa Kurang
Sebesar apapun gaji yang diterima setiap bulannya, entah mengapa Gen Z selalu merasa kekurangan. Hal ini disinyalir karena kamu merasa harus memenuhi gengsi dan memiliki gaya hidup tinggi, sehingga selalu ingin tampil ‘lebih’. Parahnya, kebutuhan untuk memenuhi hal tersebut pun kerap melampaui batas finansial dan membuat kamu selalu merasa tidak punya uang.
Kondisi finansial yang kurang sehat pun tidak dapat dihindari. Bukan karena gaji ngepas, tapi akibat lebih besar pasak daripada tiang alias boros. Untuk mengatasi hal ini, kamu pun harus sadar dan meninggalkan gaya hidup konsumtif. Cobalah berhemat dan mengurangi pengeluaran yang tidak penting. Alihkan menjadi tabungan, dana darurat, atau investasi.
Banyak Keinginan
Masalah keuangan lain yang dihadapi Gen Z dapat timbul karena tidak mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Padahal, keinginan sudah sangat jelas merupakan sesuatu sifatnya tidak mendesak. Karenanya, keinginan sebaiknya dikesampingkan dan kamu harus memprioritaskan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan utama.
Bukan rahasia lagi kalau Gen Z itu terlalu BM alias banyak mau. Ada banyak sekali keinginan yang ingin diwujudkan tanpa melihat kemampuan finansialnya. Dana yang seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pun malah dialihkan demi memuaskan keinginan. Akibatnya, kondisi keuangan menjadi kacau balau. Untuk menghindarinya, kamu pun harus mulai mengenali mana kebutuhan dan keinginan.
Tidak Punya Rencana
Masalah keuangan lain yang mungkin dihadapi Gen Z adalah sulit mencapai kestabilan finansial, karena tidak punya rencana keuangan yang matang. Tidak sedikit pula yang bahkan tidak mengetahui berapa banyak uang yang dihasilkan dan dihabiskan setiap bulannya. Kamu juga cenderung tidak peduli ke mana gaji atau penghasilan dialokasikan.
Jika dibiarkan terus, kestabilan finansial pun akan semakin sulit untuk diraih. Karenanya, mulailah untuk lebih peduli dengan kondisi keuangan kamu. Buatlah daftar pemasukan dan pengeluaran setiap bulannya. Jangan lupa untuk menyisihkan pendapatan ke dalam tabungan, dana darurat, investasi, dan asuransi. Ini penting agar keuangan kamu lebih cepat stabil dan terjadi di masa depan.
Selalu Merasa Tersaingi
Semua orang tentu ingin memiliki keuangan yang mapan. Tetapi, jika orang lain, termasuk teman-teman kamu, sudah mencapai kondisi finansial yang baik, tidak perlu baper dan merasa tersaingi. Lebih baik, cari tahu dan pelajari bagaimana mereka bisa memiliki keuangan yang baik.
Siapa tahu mereka menjalani hidup hemat atau memiliki penghasilan tambahan, sehingga kondisi finansialnya lebih baik. Atau justru kamu yang salah dalam mengatur keuangan selama ini. Cobalah untuk fokus mengelola keuanganmu agar menjadi lebih baik dan jangan malah sibuk mengurusi keuangan orang lain!
Sulit Raih Tujuan Jangka Panjang
Tidak semua Gen Z tentunya yang hanya memikirkan kesenangan, banyak pula yang sudah memiliki tujuan jangka panjang, seperti membeli rumah. Namun, harga rumah yang ada saat ini memang cukup bikin pusing kepala. Apalagi, kenaikan setiap tahunnya dapat melebihi inflasi. Untuk bisa beli rumah, kamu pun harus berani memangkas anggaran hiburan dan keinginan, apalagi jika gaji tergolong ngepas. Untuk mencapainya, kamu harus memiliki strategi yang tepat. Misalnya, gaji kamu 5 juta, maka sisihkanlah 20 persen atau sebesar 1 juta setiap bulannya selama 5 tahun untuk DP rumah. Selanjutnya, kamu bisa mengajukan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) untuk menutupi kekurangan uangnya. Setelahnya, kamu cukup membayar cicilan KPR setiap bulannya sesuai dengan kemampuan.
Perlu diingat bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Namun, jika sudah mengetahui masalah keuangan apa saja yang mungkin menghampiri kamu, lebih baik dihindari ya Sobat Principal! Jika kamu ingin mengetahui informasi mengenai artikel finansial lainnya, klik di sini.